Efek Blog
Choirunisa's Collection: Cerita Pendek Bahasa Indonesia

Kamut jalan-jalan

Lebih Baik Memperlambat Waktu Untuk Mematangkan Rencana Daripada Tergesa Untuk Kembali

Jumat, 17 Oktober 2014

Cerita Pendek Bahasa Indonesia

Rindu Guru dan Sahabat
By : Hikmawati Khoirunisa

        “Tet..tet... tet..”suara bel masuk terdengar. Semua siswa siswi SMA Bhakti memasuki kelas masing-masing, tak terkecuali Rofi seorang siswa kelas XI IPA I.
Ya.. saat ini jam pertama mata pelajaran olahraga dikelas XI IPA I yang sangat digemari siswa kelas XI IPA I. Bagaimana tidak, seorang guru tampan, muda, cerdas, baik hati pula. Apa lagi kelas XI IPA I mayoritas dihuni oleh cewe-cewe unik yang cerewet, dan hanya ada seoramg cowo disana yaitu Rofi Pranata.
“Assalamu’alaikum  wr. wb.”terdengar salam dari guru tampan yang bernama Pak Nata. “Wa’alaikum salam wr. wb. Pak Nata...”jawab penghuni kelas serentak dengan ramah. “Baiklah, hari ini materinya bola voly, saya tunggu kalian di lapangan 10 menit lagi. Jangan ada yang terlambat”kata Pak  Nata. “Yaaahh.... si bapak nii ??? 15 menit laah pak ??? kita kan cewe-cewe gantinya lama pak..” jawab Fela, seorang siswi yang terkenal lucu dan cari perhatian dengan tingkahnya yang konyol. “Eh, itu kan Rofi cowo bukan cewe?” jawab Pak Nata dengan ramahnya. “ Ya kan belum selesai pak, tadi mau d tambah kecuali Rofi..hehehehehe” jawab Fela ngeles. “Aah ngeles ja kamu Fel??” sahut Nera (sahabat karib Fela). “Sudah pada intinya saya tunggu 5 menit.”jawab Pak  Nata tegas. “Eeh pak, tadi katanya 10 menit?? Kok malah jadi 5 menit si pak??”jawab Rofi heran. “Eh maaf maksud saya 10 menit..hehehehe”sahut pak Nata dengan wajah memerah.
Waktu sangat cepat berlalu, detik demi detik mereka lalui dengan gembira. Semua dilakukan dengan keunikan masing-masing dari setiap siswi dan guru. “Tet...tet...” terdengar suara bel berbunyi, mengisyaratkan bahwa semua pelajaran telah usai.
“Nen, aku duluan yaa..??”sapa Tisya pada Nensi yang sedang sibuk mengemas peralatan sekolahnya. “Okey.. hati-hati dijalan “ jawab Nensi.”Ayo.. cepatlah Nen, kita pulang. Aku mulai lapar nii..??”ajak Tina dengan wajah memelas. “Iya sebentar..”sahut Nensi sambil mengambil buku yang masih tergeletak dimejanya.”Eh, iya Tera mana??”tanya Nensi. “Itu, Tera lagi ketemu sama Bu Ninna, biasa bayar SPP”jawab Tina. “Oh.. ya udah kita tunggu di gerbang aja yuk??”ajak Nensi sambil berjalan menggandeng sahabatnya itu.
Mereka berdua (Nensi dan Tina), berjalan melewati depan ruang guru, yang didepannya terlihat Bu Aryani dan Pak Nata sedang serius berbincang.”Permisi, pak, bu,?”sapa Nensi dan Tina dengan senyuman paling manis. “Oh iya, hati-hati nduk pulangnya” jawab pak Nata. “Iya pak insya Allah..duluan bu, pak..”jawab Nensi dan Tina serempak.
Tak sengaja mereka berdua mendengar perbincangan bu Aryani dengan pak Nata, pak  Nata memang seorang guru yang akrab dengan siswa siswinya. Tak terkecuali dengan siswi-siswi kelas XI IPA I. Mereka sangat akrab dengan pak Nata, tak seperti dengan guru-guru lain mereka seperti seorang sahabat. Nensi dan Tina mendengar kabar yang tidak menyenangkan tentang pak Nata. “Hei.. maaf ya lama..”tegur Tera mengagetkan. “Iya tak apa.”jawab Tina. “Eh kamu kenapa Nen?? Kok murung gitu??”tanya Tera. “Ga kok, aku ga kenapa-kenapa.”jawab Nensi. “Nen, cerita donk sama kita ada apaan sih?”tanya Tera penasaran.”Okey dech, begini.. kalian tadi dengar ga kalau pak Nata mau brhenti ngajar di SMA Bhakti???”jawab Nensi mulai bercerita sambil berjalan.”Emm.. aku dengar kok Nen,”jawab keduanya serentak.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan sampailah ketiganya dirumah Tera. Saat itu mengakhiri perbincangan mereka pada hari ini dan mereka kembali kerumah mereka masing-masing.
(Keesokan harinya disekolah.....)
Tidak seperti biasanya, keadaan kelas yang penuh keceriaan, kini berubah menjadi kelas yang biasa-biasa saja. Diam,sunyi.. mereka merasa butuh penjelasan tentang adanya kebenaran masalah ini. Hingga pada suatu hari pak Nata merasa aneh dengan siswa siswinya yang mulai berubah drastis.
Pada hari Kamis ditengah-tengah pelajaran olahraga, pada pertengahan pelajaran teori dikelas. Pada saat itu Nensi memberanikan dirinya untuk bertanya megenai permasalahan yang ia dan teman-temannya rasakan, yang membuat mereka gundah.
“Pak?? Boleh tanya sesuatu???”tanya Nensi pada gurunya itu. “Iya Nensi ada apa?”jawab pak Nata.”Pak, memangnya berita tentang pak Nata mau berhenti mengajar disini benar pak??”Nensi mulai bertanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Oh itu mbak, maaf sebelumnya. Jujur sebenarnya saya berat buat meninggalkan kalian. Tapi saya juga harus memberikan keputusan kepada diri saya sendiri dan ibu saya. Saya harus maju dengan semua resiko yang akan terjadi atau saya akan berhenti dan mengorbankan cita-cita saya.”jawab pak Nata.
”Memang bapak ga kasian sama kita?? Ga ada yang bisa ngerti kita pak... bapak kan tau sendiri wali kelas kita sendiri aja ga peduli sama kita?? Cuma bapak yang bisa ngerti perasaan kita walaupun bapak bukan wali keas kita pak??”sambung Tisya dengan keadaan berlinang air mata. Ruang kelas telah dipenuhi dengan air mata. “Sebenarnya saya juga berat mbak, mas, kalau harus meninggalkan kalian semua... jujur yang membuat saya berat pergi dari sini itu kalian mbak, mas..”jawab pak Nata kembali.
Kata-kata pak Nata membuat hati mereka menjadi sedih. Mengisyaratkan bahwa berita itu benar adanya.pak Nata kembali berkata”Mungkin hari ini hari terakhir saya mengajar kalian disini. Saya minta maaf atas semua perilaku saya yang telah lalu, mungkin kata-kata saya yang menyakiti hati kalian.”
“Iya pak sama-sama kami juga banyak salah sama bapak, kami minta maaf pak...”sahut Fela. “baiklah kalau begitu.. tolong kalian jangan nangis gini?? Sudah..sudah mbak..”suara pak Nata menenangkan hati. “Pak kami punya satu permintaan.. besok malam Minggu adakan perpisahan.. kan malam Minggu besok ada acara PERSAMI.. kami mohon bapak datang yaa...??? buat terakhir pak??”rengek Tera. “Baiklah.. saya akan datang..”jawab pak Nata.
Malam Minggu itu acara berlangsung lancar. Pak Nata datang dan mereka merasa lega telah mengucapkan salam perpisahan dengan guru sekaligus sahabat tercinta mereka. Walaupun mereka masih sering merasa rindu dan selalu teringat masa-masa bahagia bersama seorang sahabat.
Mereka berjanji akan selalu mengingat masa-masa termanis mereka dalam buku kenangan dihati mereka masing-masing dan selembar foto kebersamaan mereka.

Choirunisa’s Collection


Tidak ada komentar:

Posting Komentar